Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Menuju Kebersamaan (3)

Lanjut lagi cerita ini... Berjalannya waktu dari Mei 2009 sampai menjelang akhir tahun saat itu menjadi momen dimana aku harus belajar keras untuk "menerima keadaan dan kenyataan" Dimana aku tidak bisa memeluk Abimanyuku setiap malam, menyusui, memandikan, ngobrol or even bercanda Tapi Sang Pemberi Hidup sangatlah baik, memberikan begitu banyak pelajaran hidup dalam masa-masa penantian untuk berkumpul bersama abi Desember 2009, Puji Tuhan kami bisa membawa Abi untuk "main" ke Jakarta (Rumah Vale, begitu kami biasa menyebutnya) ke rumahnya sendiri hehehe... main kok ke rumah sendiri ya... Abi ke vale bareng utinya sampe Pebruari 2010, saat itu usia Abi menjelang 2 tahun (ultah 1 Peb) Setiap pulang kerja melihat Abi yang uda di depan pintu nungguin aku, rasanya adeeemm banget hehehehe Minggu kedua Pebruari 2010, Abi dan Uti kembali ke Jogja... hiks sedih deh.. ga bisa liat Abi setiap hari lagi Kembali lagi rutinitas bolak-balik Jakarta-Jogja kami lalui untu

Menuju Kebersamaan (2)

melanjutkan kilas balik cerita abimanyu kemarin.... jreng jreng... selamat membaca.. hehehehe.. Bulan Maret 2009, Abi dan aku tinggal di rumah gayam, Papa abi.... 2 minggu sekali datang menengok kami dari Surabaya naik Bis antar kota dan stay di Jogja selama jumat malam sampe minggu malam ... :D On the range of that moment, di saat aku sudah mulai tenang dengan kondisi Abi setelah lepas dari peristiwa kemarin ternyata Sang Pemberi Hidup ini masih memberiku kesempatan untuk belajar arti kesabaran, ketabahan, kesetiaan, perjuangan, dan pengorbanan, juga cinta kasih .. meliputi kesanggupan dalam memutuskan sesuatu Lebih detilnya mungkin bisa dibaca di postingan aku October lalu: http://meilawijaya.blogspot.com/2011/10/kepuasan-vs-kecukupan.html Setelah itu.. berhubung masa cutiku uda abis, kami kembali ke Jakarta aku boyong Ibu mertua dan Abimanyu tentunya.. Kami tinggal di Gotong Royong Jakarta Selatan, masih kontrak rumah petak saat itu, yang lebih mirip kamar kost Kami

Menuju Kebersamaan (1)

Akhir tahun ini pastinya, tahun 2011..  menjadi momen terindah di antara yang paling indah... KAMI BERKUMPUL... Terima kasih Tuhan atas segalanya... Terima kasih Bapak dan Ibu yang selama ini membantu menjaga dan mengasuh Abimanyu di Jogja Terima kasih Papie dan Mamie yang selalu mendukung apapun keputusanku dan mendoakanku sambil memberikan masukan dari berbagai sudut pandang dan pengalaman Terima kasih Mba Vita dan Mas Loes, Gun dan Anna, Adek, Antiq, Devi, Iyok.. yang sudah dan selalu membantu apapun yang kami perlukan It is A.M.A.Z.I.N.G..... Really!! Kilas balik pengalaman aku, aji dan my baby boy... Christophorus Abimanyu Raka Wijaya ... dari lahir, mengenal DUNIA ini sampe dengan sekarang ... Bulan Desember 2008.. aku hamil 7 bulan, dan berhak cuti 3 bulan ke depan dari pekerjaan kantor untuk proses kelahiran So aku pulang ke Jogja pas liburan natal, bablas sampe lahiran sampe cuti lahiran nya selesai ... hehehe... Memuaskan kekangenan aku ama mamie and papie set

Berkaca: KOMITMEN

Ternyata keputusan ku untuk mengabdikan diri untuk keluargaku tersayang dan juga memenuhi komitmen aku pribadi sebagai istri dan seorang ibu justru dipandang sebaliknya oleh orang lain yang tadinya sempat, saat itu, beberapa tahun lalu, aku hormati sebagai seseorang yang mampu mengelola sebuah perusahaan dengan baik dan mempunyai pengetahuan tentang kehidupan yang lebih dewasa.. Aku hanya tersenyum ketika beliau secara tidak langsung menyatakan itu melalui seorang teman, yang mana dalam range waktu yang tidak terlalu lama, dua hari sebelumnya, justru memberikan dukungan melalui pesan tertulis ke aku Beberapa detik sempat memberikan aku waktu untuk membalikkan semua pernyataan beliau dan menyelidik tentang kehidupan pribadi nya.. Tapi kembali... harus ingat .. bahwa semua ada masanya.. bahwa tidak semua orang punya persepsi yang sama dalam memandang suatu kejadian ataupun sebuah keputusan... dan juga .. dewasa adalah sebuah kompetensi.. usia yang lebih matang tidak menjamin kedewasa

Berkaca: INTROPEKSI

Sebuah kata yang sering kita lontarkan ke dalam diri kita ... apalagi menjelang hari tambah usia kita... "Ingin Instropeksi diri supaya ke depannya lebih baik".. Dan apakah yang terjadi di kemudian hari? Lebih baik kah? Sebenarnya iya... mungkin.. hehehehe.. tapi sepertinya kita kurang menyadarinya dan kita kurang mendengarkan apa yang hati kita katakan .. apa yang badan kita teriakkan... Berkaca dari pengalaman orang lain atau dengan melihat tingkah laku orang lain sebagai bahan instropeksi diri kita masing-masing sepertinya bisa juga dan ga ada salahnya... kembali pada tujuan dan niat kita bukan? Illustrasi: Ada seorang wanita yang memiliki mimik wajah galak, sering menegur orang lain dengan intonasi yang tinggi cenderung memarahi, sering memotong pembicaraan orang lain dan membicarakan dirinya sama persis dengan apa yang sedang diceritakan saat itu, kalo ditegur balik walopun dengan gaya bercanda wanita ini akan marah bahkan sampe mengumpat... Sikap wanita tersebu

Mengingat Hari Itu....

Gambar
Mengingat hari itu... menuju 14 Juli 2007... Hari Pernikahan kami. Awalnya kami sepakat untuk menikah di tanggal triple 7 (07-07-07) : 7 Juli 2007, ternyata banyak pasangan yang berpikiran sama dengan kami. Mereka telah lebih dari satu tahun booking gedung resepsi yang sama dengan pilihan kami. Sedangkan kami booking 6 bulan sebelumnya, so it was fully booked! Apa mau dikata, langsung secepat kilat musti diputuskan akan menikah di tanggal berapa. Setelah berdiskusi dengan keluarga, akhirnya diputuskan untuk mundur seminggu , "yah gak papa deh 14 Juli 2007.. toh 7 kali 2 = 14 hahahahaha.." , hiburku dalam hati. Mengenal Aji sejak umur 8 tahun, tanpa diduga kami bertemu di Jakarta ketika kami sudah sama-sama bekerja. Kami berpacaran 1 tahun dengan ijin orang tua yang langsung setuju.. hehe.. Desember 2006, Aji menghadap papa mama untuk menyatakan keseriusannya dan mohon ijin untuk melanjutkan ke pernikahan. Lampu hijau menyala. Maka persiapan pernikahan langsung kami h

Berkaca: PEKA terhadap Sesuatu

Sebenernya nih... arti kata PEKA itu positif ato negatif? Seorang teman yang aku percaya bisa menjelaskan hal ini mengatakan, "itu tergantung konteksnya mba.." Tapi aku kok masih belum paham juga ya hehehe.. dudul kali yah aku-nya Menurut aku, kepekaan adalah hal yang positif dan menggaungkan doa tentang kepekaan adalah baik, seperti... - Semoga para pengemudi angkot PEKA dengan kondisi lalu lintas dan pemakai jalan yang lalin- Semoga kakak yang cantik dan tampak smart itu semakin PEKA dan ga buang sampah sembarangan lagi - Semoga sang anak PEKA dengan pekerjaan rumah untuk meringankan kegiatan sang Ibu Aku masih juga mencari tau sampai saat ini apakah persepsi ku ini bener.. Semoga ada yang membantu untuk menjelaskan nantinya Entah itu adalah - peka untuk membantu orang lanjut usia atau disable people (berkebutuhan khusus) ketika mau menyeberang jalan, ketika mau meletakkan barang yang agak sulit dijangkau, ato mungkin mo mendahulukan mereka di antrian untuk beli

Perjalanan Hidup Seorang Wanita

Mengutip dari: http://bundaiin.blogdetik.com/2011/10/07/kisah-inspirasi-untuk-para-istri-dan-suami/ Sharing tentang perjalanan hidup seorang wanita yang dijodohkan oleh seseorang hingga menikahinya "Aku Terpaksa Menikahinya" Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja