Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2011

Mengingat Hari Itu....

Gambar
Mengingat hari itu... menuju 14 Juli 2007... Hari Pernikahan kami. Awalnya kami sepakat untuk menikah di tanggal triple 7 (07-07-07) : 7 Juli 2007, ternyata banyak pasangan yang berpikiran sama dengan kami. Mereka telah lebih dari satu tahun booking gedung resepsi yang sama dengan pilihan kami. Sedangkan kami booking 6 bulan sebelumnya, so it was fully booked! Apa mau dikata, langsung secepat kilat musti diputuskan akan menikah di tanggal berapa. Setelah berdiskusi dengan keluarga, akhirnya diputuskan untuk mundur seminggu , "yah gak papa deh 14 Juli 2007.. toh 7 kali 2 = 14 hahahahaha.." , hiburku dalam hati. Mengenal Aji sejak umur 8 tahun, tanpa diduga kami bertemu di Jakarta ketika kami sudah sama-sama bekerja. Kami berpacaran 1 tahun dengan ijin orang tua yang langsung setuju.. hehe.. Desember 2006, Aji menghadap papa mama untuk menyatakan keseriusannya dan mohon ijin untuk melanjutkan ke pernikahan. Lampu hijau menyala. Maka persiapan pernikahan langsung kami h

Berkaca: PEKA terhadap Sesuatu

Sebenernya nih... arti kata PEKA itu positif ato negatif? Seorang teman yang aku percaya bisa menjelaskan hal ini mengatakan, "itu tergantung konteksnya mba.." Tapi aku kok masih belum paham juga ya hehehe.. dudul kali yah aku-nya Menurut aku, kepekaan adalah hal yang positif dan menggaungkan doa tentang kepekaan adalah baik, seperti... - Semoga para pengemudi angkot PEKA dengan kondisi lalu lintas dan pemakai jalan yang lalin- Semoga kakak yang cantik dan tampak smart itu semakin PEKA dan ga buang sampah sembarangan lagi - Semoga sang anak PEKA dengan pekerjaan rumah untuk meringankan kegiatan sang Ibu Aku masih juga mencari tau sampai saat ini apakah persepsi ku ini bener.. Semoga ada yang membantu untuk menjelaskan nantinya Entah itu adalah - peka untuk membantu orang lanjut usia atau disable people (berkebutuhan khusus) ketika mau menyeberang jalan, ketika mau meletakkan barang yang agak sulit dijangkau, ato mungkin mo mendahulukan mereka di antrian untuk beli

Perjalanan Hidup Seorang Wanita

Mengutip dari: http://bundaiin.blogdetik.com/2011/10/07/kisah-inspirasi-untuk-para-istri-dan-suami/ Sharing tentang perjalanan hidup seorang wanita yang dijodohkan oleh seseorang hingga menikahinya "Aku Terpaksa Menikahinya" Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja

Seorang Sahabat

Gambar
punya sahabat? sahabat yang selalu ada walopun tidak secara fisik, tetapi selalu bisa menenangkanmu dan sebagai tempat curahan hati kalo lagi sumpek? akan lebih indah kalo kita punya sahabat di dunia ini hehehehehe... kita bisa ungkapkan apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita kita bisa saling memberi masukan atas apa yang kita alami dalam keseharian kita kita dapat saling menjadi guru dan murid dalam waktu bersamaan untuk meningkatkan kualitas hidup kita di dunia ini aku punya seorang sahabat sejak SMP sampai sekarang kami masih bersahabat sungguh indah dan selalu penuh syukur bersahabat dengannya kami tumbuh berkembang bersama dari usia 13 tahun sampai sekarang 30 tahun kalo mengingat perjalanan persahabatan kita .. lucu .. dari seneng-seneng, sedih dan saling menghibur, marah dan saling diem, trus maafan, juga saling memberi masukan dan nasehat terhadap peristiwa-peristiwa yang kami alami masing-masing .. SMP, karena memang satu sekolah... selalu bersama tiap ha

Kepuasan vs Kecukupan

Kali ini aku pengen share pengalaman hidup kami di awal pernikahan. Mungkin dari cerita kami bisa berguna untuk teman-teman yang berkunjung disini untuk kemudian melihat kembali perjalanan hidup kalian dan semoga bisa diambil hikmahnya. Peristiwa ini terjadi antara bulan April 2008 sampai April 2009 Saat itu Aji diterima di sebuah perusahaan consumer good terkemuka di Indonesia (setelah 2x pindah kerja hehehe...) dan sudah 3 bulan kerja. Awalnya, dia berkantor di Jakarta tapi setelah lolos masa percobaan 3 bulan  pihak kantor menempatkan Aji di Surabaya.  Sontak aku terkejut denger berita penempatan kerja ini. Tidak pernah terbayang dalam benakku bahwa kami akan berpisah kota setelah menikah, apalagi saat itu kami baru tahu bahwa aku hamil anak pertama kami (Abi). Sama sekali ga ada tanda-tanda bahwa dalam waktu dekat dia akan dipindahkan ke Surabaya. Tapi sebagai karyawan baru, tentu saja tidak bisa menolak tanggung jawab tersebut walau

Keseimbangan Hidup

Aku bersyukur kepada Tuhan atas anugerah di awal Oktober 2011 ini... aku dan aji dipertemukan dengan seseorang yang memberikan kami pelajaran tentang hukum kehidupan, keseimbangan energi, kepasrahan, dan keyakinan terhadap Tuhan Pelajaran yang sebenarnya selama ini sudah kita lalui bersama dan sudah kita lakukan tapi masih belum kita sadari dapat membawa kita pada keseimbangan hidup Hukum kehidupan fokus pada hukum pembelajaran, hukum gaung, dan hukum menabur dan menuai (keseimbangan energi). "Kehidupan ini adalah sebuah sekolah untuk jiwa kita agar kualitasnya menuju kesempurnaan" (Arif Rh) Pembelajaran kita di dunia ini adalah lahir, berkembang, dewasa, lalu meninggal. Dalam masa hukum pembelajaran inilah kita diharuskan untuk BELAJAR dalam hubungannya dengan alam dan sesama manusia dan melakukan hukum gaung dan keseimbangan energi. Hukum Gaung itu sendiri lebih dimaknakan pada proses pemantulan kata-kata yang kita ucapkan atau terkadang kita tujukan ke orang lain