Menyelami Dunia Kreatif Anak


Anindhita, anak kedua kami memiliki karakter yang berkebalikan dengan kakaknya. Tentu hampir setiap keluarga yang memiliki anak lebih dari 1 mengalami hal ini. Bahwa setiap anak itu berbeda.

Kreativitas kami sangat dipancing oleh Anin, karena dia sangat aktif dan memiliki mood yang naik turun. Beberapa mode belajar kami coba bersama. Keuntungan yang kami miliki adalah kebebasan dalam mencoba banyak hal karena kami adalah homeschooler.

Sejak usia 2 tahun, aku mulai memaparkan banyak hal di depan matanya. Awalnya pasti kegiatan fisik yang dia bisa lakukan dan sekaligus yang bisa bareng sama kakaknya. Ada balet, baby gym, dan baby yoga. Di kesempatan lain dia ikut berkegiatan bersama kami sekeluarga dan belajar adaptasi.

Anin sangat suka menari. Dan sejak 2 tahun itu tidak berhenti. Balet masih ditekuni hingga saat ini. Bahkan ketika pindah ke Jogja dari Jakarta, Anin 3.5 tahun itu meminta saya untuk mencarikan dimana tempat belajar balet. Setelah itu, di usia sekitar 7 tahun Anin mulai menyukai KPOP Dance dan meminta saya untuk mencarikan tempat belajar. Lalu di usia 9 tahun, Anin makin melebarkan pandangan untuk ke dunia tari kreasi.

Semua itu masih dijalaninya hingga saat ini.
Kreativitas dimana aku perlu belajar lebih semangat untuk mencarikan tempat untuk belajar tari di beberapa tempat dan perlu tahu proses belajarnya bagaimana.

Sementara untuk proses pengelolaan emosi yang menjadi proses perkembangan dirinya menjadi kreativitas lain yang perlu aku gali lebih semangat lagi. Anin ini sangat teguh saat memiliki keinginan namun mudah terdistraksi hal yang lebih menarik. Maka tantangan kami adalah untuk memberikan kebiasaan baik dalam berkegiatan yang membuat dia semangat dan menikmati.

Kami terbiasa melakukan beberapa kesepakatan yang kami anggap win win solution. Lalu aku bertugas untuk memonitor apakah sudah dilakukan atau belum. Termasuk dengan kendala apa yang dihadapi. Dan jika mulai muncul rasa yang tidak nyaman, maka Anin biasanya akan membuat jurnal emosi.

Kreatif dalam memancing kesepakatan dengan Anin ini adalah tantangan yang masih terus berjalan hingga saat ini. Anin semakin terlatih untuk mengontrol emosinya di usia 9 tahun ini. Ketika kondisi tidak seperti diharapkan, ketika tugas perlu segera dilakukan, ketika ada tugas namun ada tamu yang datang dan harus menemani, ketika penundaan tugas berakibat tugas yang menumpuk. 

Namun semangat Anin sangat baik. Komunikasi Anin semakin terasah dengan mengungkapkan ada apa yang dirasakan dan memberikan pilihan untuk menjadi solusi. Komunikasi ini menjadi proses pengembangan diri Anin yang terus perlu dilakukan.

Kami bersyukur dia menikmati perjalanan kegiatannya dengan segala tantangan emosinya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tema Keluarga 2024

Otak Relax vs Pikiran Aktif

Berhasil itu Apa?