Lawang Sewu - Semarang

Masih di seputar Semarang, setelah kemarin ke Sam Poo Kong, aku dan Abi mencoba berpetualang di Lawang Sewu. Sempat ragu .. akunya ... karena "terkontaminasi" cerita-cerita serem sejarah bangunan ini yang dikemas oleh sebuah stasiun televisi. Tapi semangat untuk mengajak Abi berpetualang lebih besar ... pastinya dong! hehehe...
Jadilah kami berdua kesana sebelum waktu kembali ke Jakarta tiba.


Tak disangka, salah satu tujuan wisata terkenal di Semarang ini tetap ramai dikunjungi para pecinta sejarah walaupun bukan di hari libur. Waktu itu kami parkir mobil di sisi samping bangunan yang lumayan padat juga. Tiket masuk ke LawangSewu ini kalau tidak salah Rp. 10,000 untuk orang dewasa dan Rp. 5,000 untuk anak. Jika ingin memakai guide kita bisa menambah biaya Rp. 30,000.
Dan kami pun memilih memakai pemandu, supaya Abi juga bisa mendapatkan cerita yang lebih jelas dari yang lebih banyak tahu/berpengalaman.

Yang aku baru ngeh.. ternyata sebagian ruang di Lawang Sewu ini masih dipergunakan sebagai kantor administrasi perkereta-apian. Aku pikir sudah tak terpakai sama sekali.
Bangunan bagian depan sangat bagus dan tampak rapi juga baru. Mungkin belum lama direnovasi ya. Ada museumnya, ada gedung perkantoran, ada ruang-ruang kosong bekas perkantoran jaman dulu, dan ada ruang bawah tanah.
Di satu sisi ada yang sedang direnovasi sehingga kita belum boleh mengunjunginya.
Sedangkan di bagian belakang ada sisi yang memang sengaja dibiarkan dalam bentuk aslinya.
Agak singup juga hehehe..


Nah.. singkat cerita ...
Lawang Sewu ini dulunya, sekitar tahun 1907 adalah kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan terletak di bundaran Tugu Muda (dulu disebut Wilhelminaplein). Konon, masyarakat sekitar menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) karena bangunan ini punya banyak pintu dan karena punya jendela yang tinggi lebar menyerupai pintu. Kenyataannya, jumlah pintu tidak sampai seribu.
diambil dari wikipedia Skema rancangan Lawang Sewu 1901

Pada masa perjuangan -sebelum Indonesi Merdeka-, bangunan ini menjadi saksi Pertempuran Lima Hari di Semarang (14-19 Oktober 1945), pertempuran hebat antara Pemuda AMKA dan Kempetai & Kidobutai, Jepang.
Tidak hanya itu.
Ruang bawah tanah Lawang Sewu yang sangat terkenal ini menyimpan banyak cerita.
Awalnya, ketika masih digunakan sebagai kantor perkereta-apian oleh Belanda, ruang bawah tanah ini merupakan ruang drainase sekaligus pendingin ruangan.
Aku terkagum-kagum mendengarkan cerita si pemandu sambil membayangkan konsep desain bangunan mereka di jaman itu. Hebat ya!
Sistemnya, ketika hujan, ruang bawah tanah akan menampung air dengan volume dan kapasitas ruang yang sudah diperkirakan dengan curah hujan saat itu. Kemudian, di saat kemarau datang, air tertampung tersebut dengan teknik sirkulasi yang baik akan memberikan aliran udara dingin ke atas. Hal ini membuat suasana lebih nyaman dan juga menjaga kelembaban beton ketika terkena panas dalam jangka waktu lama.
Lain cerita ketika masa pemerintahan Jepang. Ruang bawah tanah berganti fungsi menjadi ruang tahanan. Tahanan jongkok, tahanan berdiri, dan satu lagi lupa. Mungkin ribuan orang yang meninggal di ruang tersebut.
Disinilah tempat cerita-cerita misteri atau acara uji nyali itu dimanfaatkan.
Aku dan Abi mengurungkan niat untuk turun ke ruang bawah tanah, mengingat setelah itu kami hendak ke airport xixixi...*ngeles*
Lucunya Abi nyeletuk: "Besok aja Om kalo Abi uda lebih besar"
Kebetulan memang sebelumnya sempat hujan, sehingga level air tertampung di ruang bawah tanah ini naik menjadi selutut orang dewasa.. yah kira-kira bakalan sepaha Abi deh.
Keputusan tepat mas Abi!, kataku dalam hati... :p

Lanjut lagi..
Setelah 1945, Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Pernah juga sebelumnya dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah.
Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang mencanangkan dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, bahwa Lawang Sewu merupakan salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.



Akhirnya tiba di perhentian terakhir, yaitu monumen lokomotif di bagian depan gedung utama Lawang Sewu.

Lokomotif ini diambil dari Monumen Kereta Api Ambarawa.

Wah.. puas berpetualang disini. Seru!
Bagi yang sedang merencanakan liburan keluarga ke Semarang, LawangSewu bisa menjadi salah satu tujuan berlibur sambil menimba ilmu.
Selamat mencoba... :)



-Tuhan Memberkati-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOOK: Day by Day with My Son

Motivasi Berserah Diri

Dua Guru Kecilku