Anindhita 1.5mos & Trauma Release

Otak bawah sadar itu memang sangat kuat. Entah apapun yang tersimpan didalamnya, pasti akan muncul di saat peristiwa yang serupa terjadi kembali. Secara sadar kita merasakan bahwa kita baik-baik saja namun tubuh akan bereaksi sebaliknya. Tubuh itu sangat jujur.

Hal ini terjadi padaku juga yang muncul dalam proses kelahiran dan menyusui Anindhita.
Berhasil melewati proses kelahiran Anindhita dengan Gentle Birth sungguh membuat aku menjadi lebih percaya diri dan lebih kuat, jika dibandingkan ketika Abimanyu dulu. Awalnya aku tak menyadari proses kelahiran Abimanyu menyimpan trauma tersendiri dalam tubuhku sampai Bidan mengatakan sebaliknya.
Ternyata reaksi tubuhku terbaca olehnya.

Aku mencoba mengingat dan berdamai dengan trauma itu.
Kondisi saat itu dimana mengharuskan aku dan Aji berjauhan ketika hamil Abimanyu sampai dengan kelahirannya sehingga aku merasa sendiri dan tak ingin mengalaminya kembali tersimpan di otak bawah sadarku.
Aku bersyukur bisa berdamai sehingga akhirnya proses Gentle Birth bisa kulalui, walaupun tidak sepenuhnya sempurna.

Tugasku selanjutnya adalah proses menyusui yang mana ternyata pengaruh bawah sadar itu lebih kuat.
Entah mengapa dengan segala upaya menuju ASI eksklusif kulakukan masih belum berhasil.
Minggu demi minggu kulalui dengan mencari tahu akar penyebabnya. Mencoba kilas balik dan berdamai.
Berdamai dengan kondisi saat menyusui Abimanyu dimana kami harus berpisah di usia Abi 3 bulan. Abi alergi air dan udara level berat untuk hidup di Jakarta sampai sempat opname di rumah sakit sedangkan aku belum bisa lepas dari pekerjaanku saat itu dan Aji harus bekerja di Surabaya.
Kesedihan dan kebingungan mendalam sebagai ibu baru saat itu sepertinya sangat melekat.

Di usia Anin 2 minggu aku patah arang. Saat puting lecet dan berdarah bersamaan dengan Anin yang terus menangis karena haus dan belum kenyang, kebingungan dan kepanikan menyerangku dan aku juga ikut menangis. Keputusan kami ambil untuk memberikan Anin susu formula.
Rasanya sedih sekali. Mengapa aku tidak bisa memberikan ASI saja? padahal upaya pemberdayaan menuju ASI-X sudah kulakukan. Suasana menjadi kurang nyaman.

Di minggu selanjutnya, porsi ASI dan SuFor masih 50% masing-masing per harinya.
Kembali aku mencoba berdamai dengan kondisi yang kemungkinan mempengaruhi kondisi ini. Aku juga merubah afirmasi menjadi "Terimakasih Payudara telah membantuku menyehatkan Anin, Semakin Hari Semakin Nyaman Menyusui, Produksi ASI meningkat sesuai kebutuhan Anin, dan ASI keluar ketika Anin membutuhkan dan menyusu".

Dan berhasil dengan perlahan. Menurut beberapa artikel yang aku baca di internet, bayi usia 1 bulan membutuhkan ASI 80-150 ml dalam sekali minum dan diberikan 8-12 kali dalam satu hari. Jadi total kebutuhan ASI adalah 640 - 1800 ml, atau kalau ditakar dengan botol dot bayi ukuran 60 ml  sekitar 30 botol. Setelah puting pulih dan afirmasi masih berjalan terus disertai massage, minggu selanjutnya, porsi ASI meningkat. Anin minum sufor sekitar 5-6 botol ukuran 50 ml dan sisanya ASI dalam satu hari.

Sampai saat ini aku masih terus berupaya dan tetap menjalankan pemberdayaan untuk ASI.
Di usia Anin 1.5 bulan ini, sudah berkurang lagi pemberian sufor menjadi 3-4 botol dalam satu hari.

Hari ini aku kembali menyadari. Misiku pulang ke Jogja kali ini adalah untuk bertemu orang-orang yang bisa menguatkanku untuk terus berupaya memberikan ASI kepada Anindhita. Lebih meyakinkan aku bahwa apa yang kujalani sudah benar tanpa mengikuti mitos-mitos yang bertebaran dan selalu menderaku.
Support dari teman-teman melalui dunia maya pun sangat membantuku. Apalagi ada kesempatan bertemu langsung dengan mereka seolah tubuhku recharge. Salah satu pesan sahabat yang tertanam kuat adalah.. "Intinya adalah Mindset, bagaimanapun kondisinya cukup kok ASI kita".

Aku bersyukur atas kesempatan ini. Atas teman-teman hebat dan Aji yang selalu mendukungku setiap saat.
Pasti! Aku terus berusaha yang terbaik untuk Anindhita.
Sungguh ajaib alam merespon begitu tepat dimana kita kurang menyadarinya.



-Tuhan Memberkati-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOOK: Day by Day with My Son

Motivasi Berserah Diri

Dua Guru Kecilku