Tentang BATIK (2)


Wew! ... 3 bulan berlalu setelah Note "Tentang BATIK (1)" tertuliskan ....
Cukup lama juga ya tidak menjamah keyboard laptop dan memainkannya... hahahaha ...
Membiarkan jari jemari ini berkeliaran - lari sana lari sini - menciptakan kreasi baru yang mudah-mudahan berguna bagi orang lain ... :)

Baiklah, mari dilanjuuuutt..
Setelah mengulas tentang Sejarah dan Definisi BATIK di Note "Tentang BATIK (1)" , sekarang kita coba cari tau yuk seperti apa Jenis/Corak/Motif Batik dan Fisolofi yang terkandung di setiap torehan malam/lilin yang dilukiskan oleh para pembatik dan penciptanya...

============================================================

JENIS/CORAK/MOTIF BATIK

Dari berbagai literatur, termasuk informasi yang dimuat di internet, aku ambil kesimpulan bahwa pengelompokan corak atau motif atau jenis kain Batik mengalami perkembangan yang sangat luas dan harus ditinjau dari 2 kelompok besar terlebih dahulu:

1. Dari Cara Pembuatan Batik
Kenapa dari cara membuatnya? karena setiap daerah memiliki gaya yang berbeda, berikut perbedaan pandangan dan pengalaman berkembangnya daerah tersebut dan penduduk yang tinggal di tempat ini... yang kemudian membawa pada gaya lukis atau seni membatik yang tidak akan sama satu dengan yang lain. Sebagai contoh; Batik Jogja, Batik Cirebon, Batik Solo, Batik Madura, Batik Tasik, Batik Kalimantan, dll.

2. Dari Jenis/Gaya Batik
Motif yang dimaksudkan disini adalah nuansa yang "dibawa" atau digambarkan oleh Batik itu sendiri.
Motif batik dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Gaya Tradisional dan Gaya Bebas/Modern.
Batik Gaya Tradisional punya cara tertentu dan statis, terdiri dari batik klowongan, cecekan, tembokan, isen-isen, dan cara membatiknya menggunakan canting tulis atau canting cap dan juga merupakan batik sogan yaitu kombinasi antara warna dasar putih dengan biru atau coklat. Misalnya batik truntun, batik ukel, batik garuda, batik garuda dasar putih, batik parang rusak dasar hitam, batik parang dasar putih, batik parang rusak, batik parang garuda suli, dll. Batik Tradisional ini biasanya adalah jenis batik yang berasal dari daerah kraton, yang dulunya dikhususkan untuk para bangsawan kerajaan.
Sedangkan Batik Gaya Bebas/Modern tidak ada ikatan tertentu atau abstrak dan cara pembatikannya dilakukan dengan canting tulis dan kuas disertai dengan proses pewarnaan yang bebas tanpa ada batasan warna tertentu. Misalnya batik madura, batik tasik malaya, batik lukisan, batik soga dengan pinggiran garuda, batik cuwiri pekalongan, batik nitik, batik kuda laut, batik mega mendung, batik formika, dan batik gaya dinamis, dll. Batik ini berkembang mengikuti tren masa kini.

Hingga saat ini, BATIK berkembang amat sangat cepat dengan berbagai kreasi gaya yang semakin "mendobrak" dunia fashion, tidak hanya di Indonesia tapi juga di Mancanegara. Seperti yang aku lihat di fashion-tv, bahwa tahun 2013 bahkan mungkin sudah dimulai di akhir 2012... floral printing akan menjadi TREND/pilihan motif pakaian para designers. Hmmm... It brings me to this thought ... That floral printing bisa juga mengacu kepada Batik atau mungkin terinspirasi dari Batik xixixi... We should proud!

Dengan berkembangnya Batik gaya bebas/modern, tidak juga membuat Batik tradisional tersingkir begitu saja. Definitely....
Karena Batik dengan gaya tradisional inilah yang menjadi cikal bakal munculnya ide dan kreasi desain batik gaya bebas/modern, PLUS... Batik tradisional mempunyai FILOSOFI yang kuat yang cukup membuatnya bertahan. Yuk kita coba ulik apa saja filosofi di balik motif Batik yang bisa kita pelajari :)


FILOSOFI BATIK

Berikut beberapa filosofi yang terkandung didalam motif Batik...
1. SIDOLUHUR
Berasal dari Kraton Surakarta, termasuk dalam kategori Batik Tradisional... jenis Batik ini biasanya dipakai oleh Pengantin Putri di Malam Pengantin.
Sidoluhur mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya. Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk keluhuran non materi. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran.
2. SIDOASIH
Sama dengan Sidoluhur, berasal dari Kraton Surakarta dan merupakan Batik Tradisional yang dikenakan oleh Pengantin Putri di Malam Pengantin.
Makna yang terkandung adalah Sido berarti jadi, Asih berarti sayang, ragam hias ini mempunyai makna agar hidup berumah tangga selalu penuh kasih sayang.
3. SIDOMULYO
Batik Tradisional ini berasal dari Banyumas dan masih terbawa oleh aliran kraton, biasanya dikenakan oleh Pengantin Putra/Putri di Malam Pengantin.
Sidomulyo bermakna bahagia, berkelimpahan rejeki, dan hidup dalam kemuliaan.
4. SIDOMUKTI
Merupakan batik Tradisional namun dikategorikan pada saat itu sebagai batik Petani, mungkin maksudnya bukan kalangan bangsawan. Dan batik Sidomukti ini biasanya dipakai oleh Pengantin Putra/Putri di malam resepsi pernikahan mereka. Makna yang terkandung didalamnya adalah Hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu agar hidup akhirnya dapat mencapai mukti atau makmur baik di dunia maupun di akhirat.
Biasanya dikenakan oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang). Sido berarti terus menerus dan muktiberarti hidup berkecukupan dan kebahagiaan. Jadi motif ini melambangkan harapan akan masa depan yang baik.
5. SIDOWIRASAT
Dalam motif ini sudah ada kombinasi dari motif batik tradisional sebelumnya. Dipercaya bahwa kombinasi motif batik Sidowirasat ini melambangkan bahwa orang tua akan selalu mendampingi putra/putrinya dan memberikan nasehat juga menuntun mereka dalam memasuki bahtera rumah tangga.
6. PARANG KUSUMO
Sama halnya dengan Sidoluhur yang berasal dari Surakarta, motif ini biasanya dipakai Calon Pengantin Putri pada saat tukar cincin atau prosesi/upacara pernikahan. Maknanya adalah hidup harus dilandasi oleh perjuangan untuk mencari keharuman lahir dan batin, ibaratnya keharuman bunga (kusuma).
7. TRUNTUM
Merupakan Batik Tradisional Kraton Surakarta. Motif ini biasanya dikenakan oleh Kedua Orang Tua Pengantin. Maknanya adalah menuntun, hampir sama dengan Sidowirasat.
8. WAHYU TUMURUN
Batik ini berasal dari Pura Mangkunegaran dan biasanya dipakai oleh Pengantin pada waktu acara panggih atau pertemuan keluarga besar kedua mempelai.
Wahyu Tumurun dapat diartikan sebagai turunnya anugerah, sehingga memberikan makna bahwa kedua mempelai diberikan anugerah oleh Sang Maha Kuasa berupa kehidupan bahagia dan sejahtera seta berjalan sesuai dengan petunjukNya.
9. PARANG RUSAK
Motif ini muncul di lingkungan Kraton Jogja dan Solo, konon diciptakan oleh Panembahan Senopati yang bertapa di Pantai Selatan. Parang Rusak mempunyai arti perang atau menyingkirkan segala yang rusak, atau melawan segala macam godaan. Motif ini mengajarkan agar sebagai manusia mempunyai watak dan perilaku yang berbudi luhur sehingga dapat mengendalikan segala godaan dan nafsu.
10. PARANG BARONG
Berasal dari kata “batu karang” dan “barong” (singa). Dulunya dikenakan para bangsawan untuk upacara ritual keagamaan dan meditasi karena motif ini dianggap sakral. Motif ini menggambarkan senjata, kekuasaan. Selaras dengan makna yang ada dalam motif Parang Barong, maka pada saat itu Ksatria yang menggunakan batik ini dipercaya bisa berlipat kekuatannya.
11. PARANG KLITHIK
Dengan motifnya yang kecil dan rapi, menggambarkan sikap halus dan lembut yang diharapkan dimiliki oleh setiap Putri kraton pada saat itu.
12. PARANG SOBLOK
Dengan motif yang rapi dan tegas, lebih besar dari Parang Klithik... Motif ini bermakna sebuah keteguhan, ketelitian, dan kesabaran.
13. SEKAR JAGAD
Motif ini sering dikenakan dalam pesta pernikahan, karena melambangkan ungkapan cinta dan memelihara perdamaian. Berasal dari kata “kar jagad” (Kar=peta; Jagad=dunia) .. motif ini dipercaya melambangkan keragaman diseluruh dunia. Selain itu, mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang melihat akan terpesona.
14. KAWUNG
Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian.
Melambangkan kebijaksanaan dan keseimbangan hidup. Ada juga yang percaya bahwa mempunyai makna yang melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal usulnya dan mencerminkan pribadinya sebagai seorang pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsu serta menjaga hati nurani agar ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan manusia.
15. MEGA MENDUNG
Berasal dari Cirebon yang dipercayai maknanya membawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Pada bentuk Megamendung ada garis lengkung yang beraturan dari yang paling dalam kecil lalu melebar keluar secara harmonis, hal ini membawa pesan moral bahwa dalam kehidupan manusia selalu berubah (naik turun), melalui proses pembelajaran diri dan pada akhirnya akan kembali kepada Sang Pemberi Hidup.
16. KAWUNG OLENG dan KAWUNG PICIS
Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh senyang bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Oleng lebih besar daripada Kawung Picis. Ada lagi Kawung Bribil adalah motif kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung Oleng. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar daripada picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan kawung yang bentuknya bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen. Dan motif kawung ini dipercaya memberi makna kejujuran dan keberanian.
17. SEMEN RAMA
Motif Semen dimaknai sebagai penggambaran dari “kehidupan yang semi” (kehidupan yang berkembang atau makmur). Terdapat beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Yang pertama adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki empat. Kedua adalah ornament yang berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung dan mega mendung. Sedangkan yang ketiga adalah ornament yang berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis ornament tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia; dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka.
Selain makna tersebut motif Semen Rama (dibaca Semen Romo) sendiri seringkali dihubungkan dengan cerita Ramayana yang sarat dengan ajaran Hastha Brata atau ajaran keutamaanmelalui delapan jalan.Ajaran ini adalah wejangan keutamaan dari Ramawijaya kepada Wibisana ketika dinobatkan menjadi raja Alengka. Jadi “Semen Romo” mengandung ajaran sifat-sifat utama yang seharusnya dimiliki oleh seorang raja atau pemimpin rakyat.


Pastinya masih banyak jenis/motif batik yang berkembang di industri batik saat ini dengan berbagai makna yang dipercaya oleh penciptanya.
Semoga informasi ini bisa membantu kita untuk membayangkan sekaligus menyadari dan bisa berbangga atau bahkan berpartisipasi untuk melestarikan budaya indahnya batik Indonesia ini.

Hmmm... sampai sini dulu ulasan Batiknya.
Selamat Pagi.. :D

Berikut aku tampilkan juga contoh motif Batik yang tercantum dalam FILOSOFI BATIK di atas.


SIDOLUHUR

SIDOASIH

SIDOMULYO

SIDOMUKTI

SIDOWIRASAT

PARANG KUSUMO

TRUNTUM

WAHYU TUMURUN

PARANG RUSAK

PARANG BARONG

PARANG SOBLOK

PARANG KLITHIK

SEKAR JAGAD

KAWUNG

MEGA MENDUNG

KAWUNGPICIS

KAWUNG OLENG

SEMEN RAMA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOOK: Day by Day with My Son

Motivasi Berserah Diri

Dua Guru Kecilku