Remaja dan Galau

Tahun 2020 Abimanyu berusia 11tahun. Masa remaja awal mulai ditapakinya. Perubahan besar dalam dirinya semakin tampak baik secara fisik maupun psikis. 

Secara fisik, tubuh makin menjulang tinggi pastinya dengan ukuran sepatu yang di luar kebiasaan. Eh tapi teman-temannya juga sama ding ukurannya. Baju yang mulai sudah muat pakai baju papanya. 
Secara psikis, mulai banyak paparan rasa yang tadinya tidak teridentifikasi, muncul pertanyaan yang mengorek kebenaran hal yang diketahuinya dan menggali siapa sebenarnya si Abimanyu itu. 
Dan bagiku, masa itu tiba juga, punya anak remaja hehehe...
Abi lebih sering saling curhat ke aku, ketimbang ke Aji. Namun Abi dan aku lebih sering juga berdebat dalam banyak hal. Dalam pikirku Abi mustinya memandang sesuatu secara A, sementara Abi memandang dari sudut pandang B.

Terkadang keluar judgment masing-masing terhadi satu sama lain dan hal ini memicu perdebatan. Padahal kalau diobrolkan santai atau kadang ditengahi papanya, hal itu tampak sangat sepele. 

Aku dan Aji membiasakan untuk saling cerita apa yang dirasakan, baik dari anak-anak ke kami maupun sebaliknya. Apa adanya apapun itu. Dan diakhiri dengan berdiskusi jika ada yang ingin solusi atau kesepakatan bersama jika ada yang merasa belum bisa memahami sudut pandang masing-masing.

Usia 12-13tahun adalah masa dimana Abi sangat galau. Abi merasa tidak mencapai sesuatu, merasa tidak ada teman yang klik, merasa dipandang tidak keren, dsb. Kegalauan yang katanya membuat kepala Abi penuh ini kami uraikan bersama satu-satu. Ndilalah desain seorang Abi ini adalah mudah menyerap energi orang lain, maka sangat wajar jika komentar orang lain mempengaruhi dirinya. Sementara bawaan lain Abi adalah dia sangat otentik, dan otentiknya Abi ini unik.

Kami coba menguraikan dengan cara:
  • menuliskan seluruh pencapaian Abi di usia 12-13tahun
  • mencatat jumlah tabungan yang diperoleh dari hasil karya selama 2tahun itu
  • melihat portofolio di file One Drive yang ada di PKBM
  • menganalisa komentar orang yang membuat Abi galau
  • menggali apa sebenarnya kecintaan dan tujuan seorang Abi 
  • mengidentifikasi langkah apa yang sudah dilakukan untuk mencapai tujuan itu


Dan setelah semua itu dilakukan, ternyata:

  • pencapaian dalam hal lifeskill dan passion diri, sudah sesuai
  • hasil karya mendukung kecintaannya, PC-HP-Arturia dibeli dari tabungan Abi 
  • baru sadar kalau portofolionya banyak
  • komentar yang bikin galau ternyata hanya asumi dari pikirannya sendiri
  • kecintaan yang sedang dijalani sudah sesuai
  • langkah yang terhambat karena fokus bergeser kepada asumis/pikiran sendiri

Baru sadar juga, bahwa pikiran itu sangat pintar membuat sandiwara yang tidak perlu. Dan bahwa kita bukanlah pikiran, justru kita adalah jiwa di dalam tubuh yang memiliki sensor dari Sang Pencipta untuk tetap di jalan yang sudah disedikanNya.

Terimakasih Mas Abi, guru Mama yang hebat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOOK: Day by Day with My Son

Motivasi Berserah Diri

Dua Guru Kecilku